Sebagai sebuah organisasi yang beranggotakan alumni, IA-SMKIN GO telah memiliki perwakilan–perwakilan di berbagai daerah (koordinator wilayah) sebagai perpanjangan organisasi sesuai wilayahnya yang bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan alumni sesuai tujuan dan program kerja organisasi agar bisa diterima langsung oleh alumni. Perwakilan-perwakilan (koordinator wilayah) tersebut terdiri dari Koordinator Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cikampek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo dan Surabaya.

Kamis, 11 Maret 2010

Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Untuk mendapatkan kecerdasan emosional yang tinggi, tidak cukup hanya dengan duduk di bangku sekolah. Memperkenalkan yang bersangkutan sedemikian rupa pada situasi dan kondisi “belantara” ganas-terjalnya ataupun ramah-kerasnya kehidupan yang sesungguhnya, akan memberikan bekal dan gambaran yang nyata tentang medan yang harus dihadapinya itu, sehingga pengalaman emosionalnya bertambah atau meningkat.

Seperti halnya Gatotkaca, agar menjadi ksatria yang pilih tanding dan mempunyai otot kawat balung wesi, maka sejak bayi ia sudah harus digodok di kawah Candradimuka yang membara. Demikian pula Songtsen Gampo, pemimpin Tibet abad ketujuh yang berhasil membangun negeri kecil yang terpencil menjadi sebuah kekaisaran yang wilayahnya berkembang menjadi hampir dua kali ukuran Cina sekarang; sejak kecil ia telah ditempa dengan penderitaan hebat yang bertubi-tubi. Bahkan ketika usianya dua belas tahun, ayahnya diracun sampai mati oleh seterunya, dan sang ibu dibunuh di depan matanya sendiri.

Namun kemudian Songtsen Gampo bangkit menuju kejayaan malalui gaya kepemimpinan langka yang memadukan pikiran dan hati, kekuatan dan kasih sayang, serta kebijaksanaan yang begitu tinggi. Ia membangun kemaharajaan yang belum pernah tertandingi oleh Caesar, Atilla, maupun Alexandre, baik dalam ukuran, cakupan, maupun pengaruh. Sayangnya, belum begitu banyak yang diketahui oleh orang luar tentang sejarah hidupnya itu, sampai pada suatu ketika para peneliti dari Barat menemukan sebuah gudang rahasia berisi dokumen-dokumen selama tujuh abad yang terkubur di balik pasir gurun Asia Tengah.

Begitu juga salah seorang mantan presiden RI yang paling lama berkuasa, tak pernah sepi dari tantangan dan gemblengan. Terlepas dari kontroversi yang kemudian melingkupinya, ia telah membuktikan –pada masa jayanya—menjadi orang hebat yang disegani dan dihormati rakyatnya.

Demikianlah Songtsen Gampo, serta banyak tokoh dengan reputasi luar biasa lainnya, telah mengajarkan kepada kita akan arti belajar dengan kerasnya gemblengan. Atau kalau boleh disederhanakan, belajar dengan penderitaan dan kepahitan.

Namun demikian, ini bukan berarti bahwa untuk menjadi orang yang “pilih tanding”, otot kawat balung wesi, dan selalu “menang” dalam kancah kehidupan ini, seseorang musti berpayah-payah ria “menantang” penderitaan dan mengharapkan kemalangan yang bertubi-tubi. Bukan itu maksudnya. Jadi, penderitaan tak usah “ditantang”, kemalangan tak usah diharapkan; tetapi manakala mendapatkannya tidaklah usah berkeluh kesah berkepanjangan dan merasa bahwa hidup ini seperti pupus karenanya. Berilah kesan positif, dan tetap berprasangka baik kepada Tuhan. Percayalah, Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Napoleon Hill (1994), bahwa kemalangan adalah obat kuat, bukannya batu sandungan. Setiap kemalangan membawa benih yang memiliki manfaat setara atau lebih besar. Sangat sedikit orang yang langsung berhasil tanpa mengalami masa-masa kegagalan sementara dan keputusasaan. Namun jika Anda menguasai batin Anda, demikian kata pengarang yang pernah menjadi penasehat tiga orang presiden Amerika Serikat (William Howard Taft, Woodrow Wilson, dan Franklin D Rosevelt) ini, tidak akan ada pukulan yang dapat menjatuhkan Anda. Anda boleh saja mengambil jalan memutar di jalan yang tidak rata, tetapi Anda selalu dapat menemukan jalan Anda kembali ke jalan beraspal.

Dikatakan pula, pikiran yanga sadar akan keberhasilan berfungsi dengan cepat dan efektif. Segera setelah seseorang mengisi pikirannya dengan kesadaran akan keberhasilan yang diarahkannya sendiri, ia akan mencapai suatu tingkat efisiensi pikiran yang tidak bergantung pada pendidikan formal. Setelah melihat sasaran yang diajukan, maka seseorang akan dapat menemukan cara-cara untuk memperoleh apa yang diinginkannya secara menakjubkan.

Mengutip pendapat seorang sarjana terkemuka, mantan Presiden BJ Habibie pernah mengatakan, bahwa jika manusia dengan teknologi komputer sekarang mau membuat otak manusia maka diperlukan komputer yang sebesar bola dunia ini. Betapa dahsyatnya kehebatan otak manusia, karunia Tuhan yang diberikan kepada hambaNya yang ditunjuk untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Menurut hasil penyelidikan dari suatu institut yang khusus menyelidiki otak manusia, terbukti bahwa sesungguhnya kemampuan otak manusia itu sangat hebat. Sayangnya, kebanyakan orang hanya menggunakan 5% saja dari kemampuannya. Bahkan belakangan prakiraan para ilmuwan tersebut telah diperbaiki: rata-rata, seorang dewasa mungkin menggunakan dengan sungguh-sungguh hanya 1/10.000 dari potensi kecerdasannya selama hidupnya.

Sebelum prakiraan itu diperbaiki, dinyatakan bahwa apabila ada orang yang biasa menggunakan 50% saja dari kemampuan otaknya atau kemampuan berpikirnya, maka gambaran kepintaran orang tersebut dilukiskan seperti: bisa menguasai 40 bahasa dengan mudah, hapal satu set ensiklopedi yang tebal-tebal lembar demi lembar dan bisa sekaligus meraih 12 titel kesarjanaan. Begitulah! Kemudian bukti neurologis terakhir menunjukkan bahwa emosi adalah “bahan bakar” yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi. Dengan demikian penggabungan secara sinergis dan optimal kedua hal itu tentunya akan meningkatkan kemampuan yang lebih tinggi lagi.

Dari potensi yang dimiliki manusia tersebut, antara yang satu dengan yang lain berbeda dalam memanfaatkannya. Karenanya tak heranlah jika tiap diri berbeda dengan yang lainnya. Masing-masing mempunyai keunikannya snediri-sendiri.

Sebagai gambaran, ambillah contoh Thomas Alfa Edison yang jenius dan ulet itu; kiranya ia lebih besar dalam memanfaatkan potensi kecerdasan yang dikaruniakan Tuhan, dibanding si Suta petani bekikuk yang tahunya hanya urusan tanam padi. Dengan kecerdasan yang dimiliknya Edison dapat bersikap arif dengan merasa bahwa seribu kegagalan dalam percobaannya menemukan lampu elektrik, dirasakannya sebagai seribu cara menemukan alat penerang yang spektakuler itu. Sementara si Suta yang gagal panen karena bencana kekeringan, buru-buru menyalahkan penguasa yang katanya tidak becus mengurusi rakyatnya. Lebih udik lagi, kalau ia malah menyalahkan Tuhan dan menganggap Tuhan tidak sayang pada hamba-Nya. Masya Allah.

Tentu saja si Suta hanya perkecualian, sebab para petani pada umumnya justru hidup tenang penuh kedamaian serta cenderung nrimo ing pandum. Bahkan karena begitu nrimonya, tidak sedikit yang hanya pasrah mengenai rejekinya; ana dina ana upa (ada hari ada nasi), katanya.

Begitulah manusia memang makhluk yang unik. Meskipun sama-sama dibekali kelengkapan kepala dan hati (pikiran dan perasaan), serta seperangkat kemampuan lainnya, namun tidak ada yang sama persis. Karena itulah ketika ada dua orang atau lebih yang membentuk atau masuk ke dalam sebuah organisasi, akan muncullah keunikan-keunikan yang lebih kompleks lagi. Agar tujuan dapat tercapai dengn baik, maka keunikan-keunikan tersebut harus dikelola secara apik dan unik pula.

Dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan, adalah mustakhil dapat tercapai seketika; melainkan perlu tahap demi tahap. Ironisnya masalah yang tidak jarang terjadi, para pengambil keputusan “tidak cukup nyali” untuk berubah dari keadaanya yang sekarang menuju tahap selanjutnya. Kalau demikian lantas bagaimana mungkin tujuan akan dapat diraih? Seperti seseorang yang mau melangkahkan kakinya menuju rumah pujaan hatinya, misalnya, tetapi ia takut ke luar rumah, takut di jalan sebab jangan-jangan di jalan banyak pengebut, banyak penjahat, ah pokoknya banyak hal-hal yang menakutkannya. Maka dijamin ia tidak akan pernah sampai di mana-mana.





0 pendapat:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, dengan sopan.. Terima kasih.

dari Kami.. untuk Anda...

Mau menerima posting terbaru dari kami langsung ke Email Anda? Silakan masukkan Email Anda :

Jangan lupa periksa inbox Email Anda secara bekala . . .

ceritakan di Facebook


free counters

 
Blog ini dibuat untuk keperluan penyampaian Informasi kepada Alumni SMK Negeri 1 Gombong