Sebagai sebuah organisasi yang beranggotakan alumni, IA-SMKIN GO telah memiliki perwakilan–perwakilan di berbagai daerah (koordinator wilayah) sebagai perpanjangan organisasi sesuai wilayahnya yang bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan alumni sesuai tujuan dan program kerja organisasi agar bisa diterima langsung oleh alumni. Perwakilan-perwakilan (koordinator wilayah) tersebut terdiri dari Koordinator Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cikampek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo dan Surabaya.

Kamis, 11 Maret 2010

Emosi dan Kecerdasan Emosional

Emosi mempunyai energi yang sangat besar. Berlawanan dangan kebanyakan pemikiran konvensional yang selama ini dipercayai, pada kenyataannya emosi itu bukanlah sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi sesungguhnyalah ia adalah sumber energi, autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat, dan dapat memberikan kepada kita sumber kebijakan intuitif yang sangat berguna. Para ahli meyakini, bahwa perasaan memberi kita informasi penting dan berpotensi menguntungkan setiap saat. Umpan balik inilah –dari hati, bukan dari kepala—yang menyalakan kreativitas, membuat kita jujur terhadap diri sendiri, menjalin hubungan yang saling mempercayai, memberikan panduan murni bagi hidup dan karir, menuntut kita ke kemungkinan tak terduga, bahkan bisa menyelamatkan diri kita atau organisasi dari kehancuran.

Itulah kekuatan emosi. Tetapi sejauh ini kita membicarakan emosi, tampaknya tidak sedikit orang yang dibuat bingung oleh istilah tersebut; apa sebenarnya emosi itu? Ternyata istilah ini tidak hanya membingungkan sebagian Pembaca saja; para ahli psikologi maupun ahli filsafat juga masih memperdebatkan makna yang tepat dari istilah itu.

Secara harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Sedangkan Daniel Goleman, menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurutnya, ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Sungguh, terdapat lebih banyak penghalusan emosi daripada kata yang kita miliki untuk itu.

Sebagaimana diungkap oleh Daniel Goleman (1995), para peneliti terus berdebat tentang emosi mana yang benar-benar dapat dianggap sebagai emosi primer –biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan—atau bahkan mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang golongan itu. Calon-calon utama dan beberapa anggota golongan tersebut adalah:

  • Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
  • Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresei berat.
  • Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, kecut; sebagai patologis, fobia dan panik.
  • Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya mania.
  • Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
  • Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana
  • Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
  • Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Meskipun sudah didaftar dengan begitu njlimet dan teliti, namun ternyata daftar tersebut belum bisa menyelesaikan setiap pertanyaan bagaimana menge-lompokkan emosi. Satu contoh, bagaimana tentang perasaan yang bercampur aduk seperti iri hati, variasi dari marah yang juga mengandung unsur sedih dan takut? Juga tentang bagaimana nilai-nilai klasik seperti pengharapan dan kepercayaan, keberanian dan mudah memaafkan, kepastian dan ketenangan hati? Belum lagi beberapa masalah yang menyangkut cacat “bawaan”, seperti perasaan ragu-ragu, puas diri, malas, lamban, atau mudah bosan? Rupanya belum ada jawaban yang jelas; sehingga perdebatan ilmiah tentang bagaimana menggolong-golongkan emopsi pun terus berjalan.



0 pendapat:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, dengan sopan.. Terima kasih.

dari Kami.. untuk Anda...

Mau menerima posting terbaru dari kami langsung ke Email Anda? Silakan masukkan Email Anda :

Jangan lupa periksa inbox Email Anda secara bekala . . .

ceritakan di Facebook


free counters

 
Blog ini dibuat untuk keperluan penyampaian Informasi kepada Alumni SMK Negeri 1 Gombong