Sebagai sebuah organisasi yang beranggotakan alumni, IA-SMKIN GO telah memiliki perwakilan–perwakilan di berbagai daerah (koordinator wilayah) sebagai perpanjangan organisasi sesuai wilayahnya yang bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan alumni sesuai tujuan dan program kerja organisasi agar bisa diterima langsung oleh alumni. Perwakilan-perwakilan (koordinator wilayah) tersebut terdiri dari Koordinator Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cikampek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo dan Surabaya.

Sabtu, 27 Maret 2010

MARAH

Di tengah kemelut kehidupan yang dapat menjerumuskan kita ke jurang
stres, konon sering marah-marah, bukanlah pertanda baik. Berbahaya bagi
kesehatan. Begitu cerita kebanyakan orang. Punya pemimpin yang sering
marah-marah tidak keruan juga menyebalkan.

Pendapat umum ini dibantah Stanley Bing, penulis buku Sun Tzu was a
sissy. Bing, kolomnis di majalah Fortune, memang gemar menulis buku
kontroversial. Menurut Bing, marah itu sangat diperlukan dalam manajemen.

Kalau seorang pemimpin marah, artinya dia terusik dan gusar oleh sesuatu
hal. Sekaligus membuktikan bahwa ia eling atau sadar karena ada yang
tidak beres dan perlu dikoreksi. Pemimpin yang tidak pernah marah sama
dengan pemimpin acuh tak acuh. Itu menurut Bing.

Marah membangkitkan energi yang luar biasa. Pemimpin yang marah biasanya
segera melakukan perubahan, peremajaan, dan perbaikan. Artinya, pemimpin
marah memungkinkan terjadinya perubahan lebih cepat dan berarti.

Dalam hal yang satu ini, saya rada setuju. Kita kan sering melihat
betapa pemimpin kita kerjanya cuma basa-basi, klemar-klemer, tidak
melakukan gebrakan apa pun. Tapi berbahaya juga kalau kita punya
pemimpin yang pemarah atau mudah marah tanpa sebab.

Barangkali salah satu pemimpin kita yang legendaris dalam hal marah ini
adalah Bang Ali, bekas Gubernur Jakarta. Pernah ada cerita...beliau
sedang naik mobil, dan jalanan macet semrawut gara-gara ada tukang becak
yang seenaknya mengendarai becaknya. Bang Ali tidak segan-segan turun
dan memarahi tukang becak itu.

Masih banyak lagi cerita tentang marahnya Bang Ali. Kenyataannya...di
bawah kepemimpinan Bang Ali, Jakarta maju pesat. Jadi, teori Stanley
Bing ada benarnya juga.

Dr. Stephen Diamond menulis di bukunya yang sangat kontroversial, Anger,
Madness, and Daimonic: The Psychological Genesis of Violence, Evil, and
Creativity, bahwa marah adalah emosi yang paling bermasalah. Namun ada
korelasi sangat kuat antara marah dan kreativitas.

Menurut dia, marah dan kreativitas sering bersumber pada hal yang sama.
Hanya saja, marah memiliki potensi destruktif lebih besar. Orang-orang
berbakat dan genius umumnya memiliki naluri sangat tajam untuk
menyalurkan energi ini, agar tidak merusak dan mengubahnya menjadi
sebuah upaya yang konstruktif.

Ketika kita dilanda krisis moneter lima-enam tahun lalu, teman saya suka
berseloroh. Katanya, "kita butuh pemimpin seperti Bang Ali, yang berani
marah. Bukan pemimpin yang mudah marah dan ngambek. Atau pemimpin yang
suka marah-marah tidak keruan."

Dr. Stephen Diamond menulis bahwa beberapa artis seperti Van Gogh dan
Picasso, konon, memiliki kehidupan yang penuh amarah dan kekerasan.
Barangkali benar bahwa energi yang sama mereka salurkan juga ke dalam
karya-karya lukisan mereka. Hasilnya memang luar biasa.

Untuk membuat seekor kuda berlari, biasanya ada dua cara populer. Dengan
cemeti atau hadiah wortel. Menurut Stanley Bing, marah bisa menjadi
cemeti yang kreatif. Membakar semangat para eksekutif agar terus
bersemangat dan mengadakan perubahan.

Tulisan ini tentu saja tidak mengajak Anda untuk marah-marah di kantor.
Juga bukan pembenaran tindakan marah-marah. Melainkan sebagai upaya agar
kita lebih peka menghadapi lingkungan kantor.

Pesan saya, kalau ada yang tidak beres, jangan takut untuk mengadakan
perubahan. Dan kalau perubahan itu menuntut Anda marah, silakan saja.
Kadang-kadang marah itu sangat perlu.

Marah sebagai terapi manajemen memang antibudaya. Budaya kita
mengajarkan agar selalu santun dan bersabar. Namun, untuk menerobos
sebuah kemapanan yang buntu dan berkarat, marah bisa saja menjadi
antibudaya yang dibenarkan. Asal jangan asal marah.

*"Marahlah Dengan Bijaksana"*



0 pendapat:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, dengan sopan.. Terima kasih.

dari Kami.. untuk Anda...

Mau menerima posting terbaru dari kami langsung ke Email Anda? Silakan masukkan Email Anda :

Jangan lupa periksa inbox Email Anda secara bekala . . .

ceritakan di Facebook


free counters

 
Blog ini dibuat untuk keperluan penyampaian Informasi kepada Alumni SMK Negeri 1 Gombong